TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memang mempunyai celah untuk disudutkan sebagai pemimpin yang intoleran. Sebabnya, Anies dianggap dekat dengan kelompok Persaudaraan Alumni 212.
"Bisa saja memang ada pihak atau kelompok yang memframing Anies dengan tuduhan pemimpin intoleran. Karena lawan-lawan politik Anies melihat celah bahwa Anies dekat dengan kelompok PA 212," kata Ujang melalui pesan singkat.
Baca Juga: Disebut Intoleran, Anies Baswedan: Tunjukkan Kebijakan Mana yang Diskriminatif
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempertanyakan kepada pihak yang kerap menuduhnya sebagai pemimpin yang intoleran. Selama 2,5 tahun menjabat posisi orang nomor satu di Jakarta, Anies mengaku telah berusaha merangkul semua pihak.
"Tolong ditunjukkan selama dua tahun ini kebijakan mana yang intoleran. Tolong ditinjukkan, kebijakan mana yang diskriminatif," kata Anies dalam diskusi daring Indonesia Leaders Talk yang mengusung tema Memoar Pilkada DKI 2017 pada Senin malam, 10 Agustus 2020.
Pada Pilkada 2017, masa dari PA 212 yang melakukan beberapa kali unjuk rasa besar-besaran untuk menyeret Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke penjara. Ahok adalah petahana yang maju dalam Pilkada 2017. Saat itu, Ahok dituduh menistakan agama Islam karena menyitir surat Al Maidah.
Menurut Ujang, salah satu faktor kemenangan Anies pada Pilkada 2017 lalu itu adalah adanya dukungan PA 212. "Jika Anies berkata seperti itu, artinya bisa saja iya dituduhkan ke Anies."
Ujang menuturkan dalam kontestasi politik, Anies memang sangat rentan untuk dibingkai oleh lawannya sebagai pemimpin yang intoleran karena dukungan pada Pilkada kemarin. Pembingkaian sosok Anies sebagai pemimpin intoleran bertujuan untuk menjatuhkan citranya.
"Di politik itu kan secara umum ada dua strategi. Pertama, strategi pencitraan diri. Kedua, strategi membusuki lawan politik," ujarnya.
Kata Ujang, saat ini Anies memang terus didera pembusukan karakter sebagai pemimpin yang intoleran. Tujuannya dari pembingkaian Anies sebagai pemimpin intoleran itu bertujuan untuk menjatuhkan popularitas dan elektabilitas mantan menteri pendidikan dan kebudayaan yang berpotensi dicalonkan menjadi calon presiden atau wakil presiden pada Pemilu 2024.
"Anies itu bagaimana pun punya niat jadi Capres atau Cawapres, jadi perlu dibusuki sejak dini."